Tak hanya istimewa dalam hal rasa, dari segi penyajian pun nasi liwet menunjukkan eksotisnya sebuah tradisi. Mbok-mbok penjaja nasi liwet menggendong sebuah bakul di punggungnya. Di atas bakul itu, dalam gulungan daun pisang yang makin meninggi tersimpan nasi liwet beserta ubarampe-nya.
Nasi liwet adalah nasi putih yang diliwet (ditanak) bersama santan dan kaldu ayam dengan dibubuhi sedikit garam hingga rasanya menjadi gurih dan beraroma pandan yang wangi. Nasi semacam ini mengingatkan pada nasi uduk Betawi. Sebagai lauk atau pelengkapnya adalah sambal goring labu siam dan daging ayam yang dimasak ungkep, yaitu ayam utuh yang direbus bersama dengan bumbu kemudian diangkat dan ditiriskan.
Nasi liwet disajikan dalam sebuah pincuk atau wadah dari daun pisang yang salah satu bagiannya ditekuk dan disemat dengan lidi. Sendoknya menggunakan suru, juga dari daun pisang yang difungsikan untuk mengambil makanan. Tapi bagi yang tak bisa menggunakannya biasanya diberi sendok biasa.
Nasi liwet Solo bisa ditemui di berbagai sudut kota karena ada puluhan penjual makanan khas ini di Kota Bengawan. Mereka seperti penjual jamu gendong, menjajakan dagangan berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain. Bila ada pembeli tinggal menurunkan gendongan dan melayaninya di tempat.
Meski demikian ada beberapa penjual nasi liwet yang buka dagangannya menetap ala kaki lima, bongkar pasang tenda di tempat-tempat tertentu. Beberapa nasi liwet kaki lima ini ada di atas trotoar sepanjang jalan protocol Slamet Riyadi.
Melegenda
Membicarakan warung makan nasi liwet di Solo, tak bisa dipisahkan dari keberadaan nasi liwet Wongso Lemu. Dirintis sejak tahun 1951 oleh Bu Wongso Lemu, nasi liwet ini setia menjadi klangenan warga kota Solo yang ingin menikmati gurihnya nasi liwet.
Dalam perkembangannya, nasi liwet Wongso Lemu kini dikembangkan oleh keturunannya. Tak kurang lima warung makan nasi liwet menempati ruas Jalan Teuku Umar, Keprabon, dekat jalan protocol Slamet Riyadi. Warung-warung ini milik klan Wongso Lemu yang sudah melegenda itu.
Semua warung mengklain penerus nasi liwet Wongso Lemu karena mereka memang anak cucu Bu Wongso Lemu. Meski demikian satu dengan lainnya tidak saling menjatuhkan, warung yang satu tidak menyebut lainnya palsu dan begitu pula sebaliknya. Mungkin inilah semangat kerukunan yang dipertahankan keturunan Bu Wongso Lemu. Di masing-masing warung itu terpampang foto-foto para selebritis yang pernah berkunjung dan menikmati nasi liwet mereka.
Gurih
Nasi liwet seolah adalah gabungan dari semua yang serba gurih. Coba saja cicipi nasinya yang gurih itu. Nasi gurih itu selanjutnya dipadukan dengan sambal goreng labu siam pedas yang kuahnya sedikit menggenang atau nyemek dalam istilah setempat. Di atasnya ditambah sesendok makan santan kanil, yakni santan kelapa yang dimasak sampai kental dan sangat gurih. Untuk ayamnya pembeli tinggal memilih kepala, jeroan, kaki, atau uritan (calon telur yang masih di dalam perut).
Karena sudah menjadi trademark nasi liwet, deretan warung anak cucu Bu Wongso Lemu yang serentak buka dari pukul empat sore hingga dua dini hari ini menjadi tujuan para penggemar makanan ini. Banyak warga setempat yang menjamu saudara, rekan, atau teman kerja yang berkunjung ke kota Solo. Hanya dengan Rp10.000 sepincuk nasi liwet komplet dengan sepotong ayam akan memuaskan perut pengunjung.
"Saya selalu mengajak saudara atau teman dari luar kota yang ingin menikmati nasi liwet," ujar Eko, seorang detailer obat-obatan yang sedang menjamu rekan bisnisnya dari Jakarta. Di sini menurutnya cukup representatif dibandingkan warung nasi liwet lainnya yang tidak permanen.
Selain nasi liwet, tersedia pula makanan lain yang khas Solo seperti cabuk rambak dan ketan bubuk. Cabuk rambak terdiri atas ketupat yang dipotong-potong dan disiram sambal wijen yang dicampur irisan lembut daun jeruk purut. Di atasnya ditaruh sepotong karak beras, sedangkan ketan bubuk adalah nasi ketan yang dibubuhi kedelai sangria yang sudah dihaluskan.
NASI LIWET WONGSO LEMU
Jl. Teuku Umar, Keprabon, Solo.
Jam buka: 16.00 - 02.00.
Kapasitas tempat duduk: 25 orang.
Kisaran harga: Rp 3.000 - Rp 10.000 per porsi.